Kamis, 16 Juli 2009

AKU DAN FOTO MANTAN KEKASIHNYA

ku masih tidak habis pikir dengan sikap Pram tadi sore. Aku rasa dia sudah bereaksi berlebihan dan itu benar-benar menyebalkan. Masih terekam jelas ekspresi wajah Pram saat ia memarahiku habis-habisan. Saat itu tak ada lagi Pram yang lembut, penuh kasih sayang dan perhatian. Yang ada adalah Pram yang jahat, egois dan tak berperasaan. Pokoknya aku benci sekali dengan sikap Pram tadi.
Awalnya waktu aku datang berkunjung ke rumahnya untuk memberikan kue buatan mama untuk bundanya Pram. Pram sedang di kamarnya, bunda Ivon yang membukakan pintu. "Sore bunda, ini ada titipan dari mama, mama lagi praktek masak dari kursus yang diikuti mama sebulan terakhir ini",Kataku. "Aih Rosa, koq pakai repot-repot ngantar ke bunda biar Pram saja nanti yang kesana", Balas bundanya Pram padaku. Aku bahkan masih sempat mencicipi masakan bunda Ivon sebelum Pras muncul dari kamarnya. "Hai manis, koq datang ga bilang-bilang?"tanya Pras dengan nada sedikit protes. "Nggak sempat",jawabku sekenanya. Padahal memang aku mau buat kejutan ke dia. "Nggak sempat apa malas?"tanya Pram lagi sedikit meledek. "Dua-duanya", kilahku. "Dasar",gerutu Pram dengan ekspresi merajuk.
Aku dan Pram pun berpamitan ke bunda Ivon untuk ngobrol-ngobrol di teras rumah. Sedang asyik-asyiknya ngobrol, telepon genggam Pram berdering dan ia pun segera meraih handphonenya yang diletakkan disaku celana jeansnya. Tapi bukan hanya handphonenya yang terangkat dompetnya pun tanpa sengaja terangkat dan jatuh sehingga isinya berserakan keluar. Aku berusaha membantu membereskannya, kuambil satu persatu benda yang terjatuh. Sampai pada satu benda yang membuatku tertegun cukup lama dan membuat otakku berpikir tak menentu. Kutunggu Pras selesai bicara di handphonenya, dan segera setelah ia selesai bicara langsung kusodorkan benda yang membuat aku cukup kalut.
"Foto siapa ini?"Tanyaku, aku masih berusaha menahan emosiku saat bertanya. Kucoba mengatur nafasku sebisa mungkin agar suaraku tidak bergetar dan kelihatan tenang. Pram tidak menjawab, dia hanya mengambil foto yang kusodorkan dengan wajah yang terlihat sangat tidak senang. "Kenapa kau ambil foto ini, ini barang pribadi",Katanya. "Aku nggak sengaja, sadar nggak sih kamu dompet kamu itu jatuh dan isinya berserakan kemana-mana, waktu aku coba bantu untuk ngumpulin aku temuin foto ini", balasku dengan suara yang lebih keras karena sudah agak marah. Pram tidak berkata-kata lagi dan langsung memasukkan foto itu kembali ketempatnya. Lalu ia duduk kembali dengan wajah yang terlihat sangat tegang. Aku coba bertanya lagi,"Sebenarnya itu foto siapa Pram, kasih tau ke aku dong, aku kan pacarmu",pintaku sedikit beragumentasi. Pram masih diam dengan ekspresi yang masih tegang. Aku bingung dan tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Tiba-tiba tanpa kusadari spontan kurebut dompet ditangannya dan kukeluarkan foto gadis itu lalu kurobek didepan mata Pram. Kulihat Pram kaget luar biasa, dan berusaha mengumpulkan serpihan-serpihan foto yang kurobek. Sadar bahwa usahanya sia-sia karena foto itu sekarang sudah sangat tak berbentuk. Pram lalu membentakku dengan kata-kata yang tak pernah aku lupakan. Kemudian dia berlalu meninggalkanku sendiri di teras rumahnya. Bunda Ivon yang mendengar keributan yang terjadi di teras rumahnya, segera keluar dan bertanya padaku apa yang terjadi. Aku tidak menjawab yang sejujurnya, malah aku pamit pulang lebih awal. Itulah yang peristiwa menyakitkan yang masih terngiang dipikiranku sampai malam ini.
Pagi ini aku bangun telambat, untung saja ini hari Minggu jadi kan pas libur. Sarapan sudah kesiangan dan harus dengar ceramah mama bahwa anak gadis tidak boleh bangun siang-siang. Tapi hari ini kenapa mama beda ya? ada apa? pikirku. Mama kelihatan tegang seperti ada sesuatu yang serius yang akan dibicarakan. "Ma, koq mukanya serius gitu sih, ada apa?"Tanyaku dengan sedikit berusaha bercanda untuk mencairkan suasana. "Tadi Pram telepon dia cerita panjang lebar sama mama, dan kenapa kalian bertengkar semalam dan dia juga minta maaf sama kamu", Kata mama."Pram cerita yang sebenarnya sama mama yang semalam tidak sempat ia katakan ke kamu karena waktu itu kalian sedang sama-sama marah",Lanjut mama. Kudengarkan perkataan mama dengan seksama dan tanpa kehilangan satu katapun hingga tak sadar air mataku menetes. Dan ketika aku tak sanggup untuk mendengar lebih lagi aku berlari menuju ke kamarku dan membenamkan wajahku kedalam bantal dan menangis sejadinya, menyesali apa yang terjadi.
Sore ini aku kembali ke rumah Pram, kali ini Pram sendiri yang membuka pintu. Belum sempat ia berkata-kata, aku langsung menghambur kearahnya seraya menangis dan meminta maaf menyatakan penyesalanku yang teramat dalam. Pram menghiburku hingga aku bisa menenangkan diriku. Segera setelah aku dapat menenangkan diriku aku berkata,"Pram kenapa tidak dari pertama kita mulai dekat kamu cerita, bahwa ada seseorang yang sangat berarti yang pernah mengisi hidup kamu". "Aku tahu aku tidak akan pernah bisa menggantikannya karena walau ia sudah tiada pergi meninggalkan dunia ini tapi dia tetap hidup dihatimu, dan aku bisa menerima itu". "Maafkan aku ya Pram, tapi kamu harus percaya padaku mulai saat ini jujurlah padaku akan semua hal sehingga tidak ada lagi kesalah-pahaman dalam hubungan kita,ya?"Pintaku. Dan Pram mengangguk lembut tanda setuju. Sore itu aku mendapat pelajaran baru dalam hidupku.
'

1 komentar:

@_T!ka mengatakan...

Cerpen yang bagus! :)