Rabu, 28 Juli 2010

DEWEY, si kucing perpustakaan di IOWA



Novel yang berjudul Dewey ini berasal dari nama seekor kucing yang telah menjadi simbol "kucing perpustakaan" yang dicintai banyak orang dari seluruh dunia. Saya membaca novel ini kira-kira dua tahun yang lalu, bukan karena saya juga memelihara kucing, tapi karena kisahnya yang benar-benar menyentuh dan menginspirasi banyak orang tentang ketulusan cinta dan kasih sayang dengan banyak pengorbanan dan kebahagiaan yang didapat dari hubungan tersebut.

Bagaimana mungkin seekor kucing buangan mengubah sebuah perpustakaan kecil menjadi daya tarik wisata, memberi inspirasi penduduk sebuah kota, mempersatukan warga di seluruh kawasan, dan pelan-pelan menjadi terkenal di seluruh dunia?

Kisah Dewey dimulai dengan cara paling menyedihkan. Umurnya baru beberapa minggu ketika pada malam terdingin tahun itu dia dimasukkan ke sebuah kotak pengembalian buku Perpustakaan Umum Spencer, Iowa, oleh orang tak dikenal. Dia ditemukan keesokan harinya oleh direktur perpustakaan, Vicki Myron, orangtua tunggal yang berhasil bertahan dari kehilangan tanah pertanian, penyakit kanker payudara, dan suami yang kecanduan minuman keras. Dewey kemudian berhasil mencuri hatinya dan hati para pegawai perpustakaan, serta menaklukkan mereka semua dengan kasih sayang.
Saat ketenarannya berkembang dari kota ke kota, melintasi berbagai negara bagian, dan akhirnya merebak ke seluruh dunia, Dewey menjadi sumber kebanggaan bagi sebuah kota pertanian yang bangkrut di pedalaman Amerika dan membuatnya bangkit dari krisis berkepanjangan yang berakar jauh ke masa silam.
Buku yang diangkat dari kisah nyata ini sangat menyentuh hati, sekaligus lucu dan memberi inspirasi bagi para pembacanya untuk berpikir positif di tengah segala kesulitan hidup.

Semoga buku ini bisa menginspirasi pembaca untuk menyayangi hewan sebagai makhluk Tuhan yang tinggal di bumi yang sama dengan kita...

Senin, 05 Juli 2010

hipnotis II : atau tertipu?....

Seperti sudah saya tulis di postingan terbaru saya, tentang hipnotis yang efeknya tidak akan terjadi tanpa peran serta orang yang akan dihipnotis, maka kisah yang ini sama sekali bukan hipnotis melainkan kebodohan dan keteledoran yang sama sekali tidak perlu.

Saat saya masih duduk di bangku SMP, saya rutin mengikuti pengajian mingguan di kawasan Jakarta Pusat di kediaman Guru Agama kami, tepatnya di kompleks perumahan Angkatan Udara Rajawali. Karena saya tinggal di perbatasan wilayah, maka jika hendak mengaji biasanya saya rombongan dengan teman-teman saya naik sepeda menuju tempat mengaji. Dan supaya tidak ada yang tertinggal, biasanya saya menaruh buku-buku agama dan juz amma di keranjang sepeda, sehingga jika tiba waktu mengaji saya tinggal berangkat saja tanpa perlu repot menyiapkan buku-buku yang harus dibawa.

Kejadiannya adalah ketika saya sedang bersekolah, dan ini dialami oleh ibu saya di rumah. Sepulang dari sekolah, saya sudah disambut oleh ibu yang dengan anehnya minta maaf dan berulang-ulang diucapkan dengan agak panik. Sementara saya masih bingung dengan apa yang terjadi, sampai saya melihat ke ruang depan dan tidak menemukan sepeda saya di tempatnya. Barulah ibu saya berkata bahwa untuk itulah beliau meminta maaf. Walau masih sedikit bingung kenapa ibu harus minta maaf, saya dengarkan saja ibu bicara dengan panjang lebar sampai akhirnya saya tahu duduk persoalannya.

Ternyata saat saya berada di sekolah telah terjadi peristiwa unik di kediaaman kami. Saat itu rumah kami memang sedang direnovasi, jadi masih sangat berantakan dimana aliran barang dan aliran orang sudah tidak terkontrol dengan baik lagi. Maklum hanya ibu yang bisa mengawasi, sementara bapakku yang saat itu masih aktif menjadi guru dan dosen sedang mengajar dan semua anak sedang berada di sekolah. Seperti diketahui dalam hal renovasi rumah tentu juga menyangkut masalah instalasi listrik yang otomatis terganggu karena aktifitas pekerjaan. Untuk mengatasi masalah listrik kami memanggil petugas PLN yang berjanji akan datang segera.

Rupanya tidak lama ibuku menutup telepon untuk panggilan petugas PLN tadi, datanglah ke rumah seorang laki-laki, yang oleh ibu langsung dipersilahkan masuk dan tanpa bertanya ibuku langsung menebak bahwa pria ini adalah petugas PLN yang dipanggil. Merasa mendapat jalan pria tadi mengiyakan saja apa yang dikatakan ibu. Lantas ibu bertanya lagi apakah ia perlu membeli kabel dan pria tadi terus mengiyakan pertanyaan ibu, lalu ibupun memberi pria itu uang untuk membeli kabel. Lebih parahnya ibuku juga menawarkan untuk memakai sepedaku biar cepat sampai ke toko dan mendapatkan barangya, hingga pekerjaan lebih cepat selesai. Singkat cerita berpindah tanganlah sepeda kesayanganku ke pria tersebut. Tunggu punya tunggu pria tadi tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi, hingga ibuku pun tersadar bahwa ia telah tertipu.

Tertipu?...tidak! ibu tidak tertipu dan sama sekali tidak terhipnotis...tapi coba lihat ibuku sendirilah yang pertama menebak pria tadi sebagai petugas PLN, dan ibu juga yang tanpa sengaja memberi jalan pria tadi untuk mendapatkan uang ibu untuk keperluan pembelian kabel, dan ibu jugalah yang menawarkan sepedaku kepada pria itu dengan tujuan mempercepat pekerjaan...semua adalah kesalahan ibuku, keteledoran dan keluguan seorang ibu rumah tangga biasa. Satu-satunya kesalahan pria tadi adalah mengiyakan semua perkataan ibu yang seharusnya dia bantah kalau dia adalah seorang yang jujur.

Semua itu menjadi pelajaran berharga bagi kami hingga saat ini, dan saya bahkan tidak marah pada ibu saat itu, saya hanya 'terbengong-bengong' mencoba memahami apa sebenarnya yang terjadi. Kok bisa?...
Sekarang kami malah bisa terbahak-bahak setiap kali mengingat peristiwa itu.

Oh ya..satu-satunya yang aku sesalkan dalam kejadian itu adalah bahwa aku kehilangan buku-buku agamaku dan juz amma yang selalu kuletakkan di keranjang sepeda. Semoga saja buku-buku agamaku tadi bisa bermanfaat buat pencurinya dan menyadari kesalahan perbuatannya. Untuk kehilangan materinya kami sudah ikhlas..seikhlas-ikhlasnya sejak kejadian tersebut.
Ibu..ibu..ada-ada saja..ha ha ha

Hipnotis : Bersedia atau tidak bersedia...(dan kisah saya..)

Seorang pakar hipnotis Indonesia pernah berkata bahwa seseorang bisa dihipnotis atau tidak adalah tergantung dari orang tersebut, apakah ia bersedia untuk dihipnotis atau tidak. Hal ini menjelaskan bahwa kejahatan hipnotis yang sering terjadi belakangan ini tidak akan berjalan tanpa peran serta dari si calon korban. Ia juga menjelaskan bahwa hipnotis tidak dapat digunakan untuk kejahatan. Lho?...lalu apa namanya kejahatan yang sering terjadi dan sering kita dengar bahwa seseorang menderita kerugian material karena dihipnotis, kalau bukan hipnotis lalu apa?...

Pakar hipnotis tadi menjelaskan jawabannya adalah bisa karena banyak faktor, pertama : bisa saja sebenarnya orang tersebut kehilangan uang atau harta bendanya karena kecerobohannya sendiri, terjatuh atau dicopet saat berdesak-desakan, tapi karena malu dan takut disalahkan maka dia mengaku dihipnotis, yang kedua karena sifat dasar manusia itu adalah tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki sehingga timbul rasa serakah dan ingin mendapat lebih dan lebih walaupun secara logika kita tidak bisa menerimanya, dalam hal ini contohnya adalah ketika seseorang menanamkan investasinya pada seseorang atau kelompok atau perusahaan atau yang mengaku-aku dari perusahaan tertentu dengan "iming-iming" atau janji keuntungan yang puluhan kali lipat besarnya dari bunga Bank saat itu. Jika secara logika kita sudah tidak bisa menerima maka sebaiknya kita harus segera menarik diri dari situasi tersebut. Namun sekali lagi hasrat yang besar dan keinginan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dengan cara mudah dan cepat ternyata bisa mengalahkan logika kita.

Dan saya pernah terperosok dalam investasi seperti ini atau tepatnya di "Bursa Komoditi Berjagka", walau saat itu ada beberapa teman yang sudah lebih dulu terperosok dan dengan baik hati mencoba memperingatkan saya, namun hasrat dan keserakahan saya ternyata lebih mendominasi. Hingga saya pun berinvestasi di Perusahaan tersebut sebesar Rp 40.000.000 (empat puluh juta Rupiah) untuk dua account pada tahun 2000. Dan dalam tempo tidak sampai setahun uang tersebut musnah tanpa bekas. Saya bisa saja berdalih bahwa itu kejahatan hipnotis, tapi tanpa peran serta saya maka kejahatan itu tak akan terjadi (tanpa mengurangi arti kejahatan mereka sesungguhnya yang telah menipu ratusan bahkan ribuan orang seperti saya). Logika saya sebagai orang terpelajar dan sarjana dari Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia, telah saya tabrak habis saat itu dan saya mendapatkan ganjarannya. Tapi dibalik semua hal pahit itu selalu ada hikmah yang Tuhan berikan pada kita untuk kita jadikan pelajaran dan pengalaman berguna kedepannya. Dan saya akan semakin kuat dan tidak akan terperosok lagi. Kalaupun harus jatuh lagi saya yakin saya masih bisa bangkit lagi..