Rabu, 29 Juli 2009

PUISI : TO QUEEN VICTORIA (The poem of Tennyson)

TO QUEEN VICTORIA, ini tentang puisi dari luar sana yang udah lama banget ditulisnya. Merupakan karya Alfred Lord Tennyson (1830-1860). Iseng-iseng saya buka buku-buku lama bokap dan nemu buku yang isinya kumpulan puisi mr. Tennyson (siapa sih koq ga terkenal? kalo shakespere baru kenal). Itu pasti yang ada dipikiran sobat bloggers sebelum membaca puisinya, tapi kalo udah baca pasti komentarnya lain lagi (dijamin).
Ya udah ga pake lama-lama langsung aja saya kasih nih :

TO QUEEN VICTORIA

Revered, beloved-O you that hold
A Nobler office upon earth
Than arms, or power of brain, or birth
Could give the warrior king of old

Victoria,-since your Royal grace
To one of less desert allows
This laurel greener from the brows
Of him that uttered nothing base;

And should your greatness, and the care
That yokes with empure, yield you time
To make demand of modern rhyme
If aught of ancient worth be there;

Then –while a sweeter music wakes,
And through wild March the throstle calls,
Where all about your palace walls
The sunlit almond-blossom shakes-

Take, Madam, this poor book of song;
For though the faulths were thick as dust
In vacant chambers, I could trust
Your kindness. May you rule us long

And leave us rulers of your blood
As noble to the latest day!
May children of our children say,
“she wrought her people lasting good;

“her court was pure; her life serene;
God gave her peace; her land reposed;
A thousand claims to reverence closed
In her as Mother, Wife, and Queen;

“and statesmen at her council met
Who knew the seasons when to take
Occasion by the hand, and make
The bounds of freedom wider yet

“by shaping some august decree,
Which kept her throne unshaken still,
Broad-based upon her people’s will,
And compassed by the inviolate sea”
March 1851


Gimana sobat bagus juga kan? coba dengerin rimanya. Dia ga maksain untuk nyamain rimanya kalo memang ga bisa sama. Jadi dia bikin puisi dengan tulus dan ketika kita menemukan rima yang sama pada satu baitnya, maka hal itu jadi terlihat cerdas.
OK enough for today. tomorrow I'll be back with other poem.
c u soon

Selasa, 28 Juli 2009

Online lagi setelah flu menyerang (salam buat semua yang udah mampir)

Online lagi setelah seminggu lebih absen (aku online online online online versi saykoji seperti yang di iklan IM3). Flu menyerang, aktifitas jadi terganggu. Mau nekad online tapi takut malah jadi kentang (alias ketanggungan). Soalnya mendadak kepala bisa jadi berat sekali seperti ketimpa batu bata, nah kalo udah gitu mana bisa konsentrasi coba. Mau nyapa sobat-sobat jadi was-was, kalo tiba-tiba batuknya ga bisa diajak kompromi kan repot dari yang tadinya online dengan “in the mood” mendadak “bad mood” alias BETE abis, bisa-bisa fansnya tukangbikincerita jadi ogah online lagi nih (ciee, narsis kali pake ngaku punya fans segala, jadi malu sama kang IVAN dari SASTRA RADIO, PIYENK awas kalo ketawa!).
Saya sangat menghargai partisipasi sobat sekalian apapun bentuknya. Partisipasi sobat sekalian sangat berarti buat keaktifan blog ini (koq jadi serius ya?). Iya soalnya dengan partisipasi kalian berarti masih ada dunk perhatian dari para bloger untuk blog saya. Karena Tukangbikincerita senang memberi perhatian kepada bloger lain, jadi ga ada salahnya kan kalo bloger lain memberi perhatian kepada tukangbikincerita (ngarep,..lagi-lagi ngarep). Oh ya sekali lagi terima kasih banyak buat kang Ivan dari SASTRA RADIO, ASTRI, dan Maharani Karlina CH karena sudah mampir ke blogku dan memfollow aku. Juga buat EffendiBp, Mimma, detti, kecoamerah (berto), Piyenk, Eri, Citra dan yang lainnya . Dan kepada yang belum memfollow aku semoga diberi kesadaran agar segera memfollow aku (amin, hehehe, kang IVAN dilarang ketawa).
Berkunjung ke blog kalian sungguh menambah wawasan saya baik dalam hal serba-serbi novel dan “sepupu-sepupu”nya (cerpen, cerbung, prosa, puisi dsb) maupun dalam hal tutorial IT (dari yang rada gaptek sekarang udah lumayan ga malu-maluin). Walaupun masih tetep agak trauma dengan kode “JAVA SCRIPT” soalnya kalo salah dikit aja aku nyalin kodenya bukan tampilan blognya tambah cantik, yang ada template yang udah ada malah jadi amburadul ga karuan. Jadi maaf ya sobat bloger kalo tipsnya belum aku terapin di blogku next time kalo aku sudah lebih PD pasti tips kalian langsung aku pake diblogku, but thanks anyway for your supports to this blog, thanks a lot.
Tetep jadi sobat setiaku ya
Ok segene dulu ya. Next time disambung lagi.
Salam untuk sobat semua, semoga selalu dalam perlindungan-NYA.

Kamis, 16 Juli 2009

SELENDANG BIRU HERA

Hera memandangi langit yang terlihat cerah sejak pagi tadi. Pikirannya menerawang jauh ke desanya nun jauh di sana. Ingatannya kembali kemasa lampau saat ia masih duduk di Sekolah Dasar. Hera tidak pernah mendapat nilai baik dalam pelajaran berhitung, ia juga lemah dalam menghapal. Dari segi fisik ia juga sangat sederhana. Praktis Hera tidak menonjol di kelasnya saat itu. Satu-satunya keahlian Hera adalah menari. Kalau ia sudah menari maka semua penonton akan terpukau menatapnya. Gerakannya sungguh lemah gemulai. Dan ia sangat lihai memainkan selendangnya saat menari. Segala kekurangan Hera pada berbagai bidang pelajaran di sekolah akan terhapus saat teman-temannya melihat ia menari.
Tapi ayah Hera tidak pernah suka Hera menari. Ia ingin anaknya menjadi dokter atau insinyur yang waktu itu sangat dibangga-banggakan oleh para orang tua. Ayah Hera termasuk orang berada di desanya. Ia bisa membayar guru privat untuk mengajar putri tunggalnya agar pandai dalam pelajaran sekolah. Tapi Hera telanjur cinta dengan tarian, ia hanya bisa berkonsentrasi saat menghapal gerakan tari dan irama musik yang mengiringinya. Hera tidak pernah bisa memenuhi keinginan ayahnya, walau ia sudah berusaha. Pelajaran tambahan yang diterima seperti masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri saja. Sudah tentu ayah Hera sangat kecewa.
Selepas Sekolah Lanjutan Hera tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, bukan karena tidak ada biaya tapi karena ayah nya tidak mau membiayai jika ia tidak masuk jurusan yang dipilihkan ayahnya. Hera lebih memilih menempuh jalannya sendiri, ia pun nekat pergi ke ibukota untuk mengembangkan bakat menarinya dan mencari penghasilan sendiri.
Sampai di Jakarta Hera bertemu dengan pemilik sanggar tari terkenal. Melihat cara Hera menari si pemilik sanggar tertarik dan langsung mengangkat Hera menjadi assistennya. Hera bekerja di sanggar tari tersebut beberapa tahun, sampai ia merasa cukup mempunyai modal untuk membuka sanggar tari sendiri, ia pun mengundurkan diri dan segera membuka sanggar tari baru di Jakarta.
Tak terasa sudah 15 tahun sejak ia meninggalkan desanya, sampai kerinduan yang sangat dalam menyeruak dalam hatinya untuk kembali ke desanya. Keinginan itu sangat kuat tapi ketakutan Hera akan reaksi ayahnya saat ia kembali lebih kuat. Hingga ia tak tahan lagi dan memutuskan untuk segera pulang apapun yang akan dihadapinya nanti.
Sepanjang jalan Hera berdoa agar masih diberi kesempatan bertemu dengan kedua orang tua yang sangat dicintainya. Dan berharap mereka masih hidup dan baik-baik saja. Perasaan dihatinya bercampuk-aduk saat itu. Dari jendela kereta yang ia tumpangi ia memandang ke langit yang biru sebiru selendang yang biasa ia kenakan saat menari.
Menapaki tanah kelahirannya, jantung Hera berdegup kencang sekali. Ia melihat sekeliling tidak tampak perubahan yang berarti sebagian besar masih sama dengan saat ia tinggalkan 15 tahun yang lalu. Atap rumah bentuk joglo khas orang jawa masih tampak menghias rumahnya, hanya warnanya sudah lebih kusam.
"Kulonuwon", sapanya begitu memasuki rumah. Dari arah dalam terlihat sesosok tubuh yang sangat ia kenal mendekat. "Ibu?"Tanya Hera dengan agak suara agak tercekat. "Siapa itu?"Jawab si pemilik rumah. "Ini aku bu Hera, ibu masih ingat kan anak ibu, Hera anak ibu",sergah Hera bertubi-tubi. Wajah sang ibu pun menegang dan pecahlah tangisnya seketika ia mengenali bahwa yang datang benar-benar putrinya yang sudah lama sekali meninggalkan rumah pergi dan tak ada kabarnya. Mereka pun bertangis-tangisan dan saling berpelukan melepas rindu yang sangat dalam.
Sejurus kemudian Hera menanyakan ayahnya. "Bapak dimana bu? Apa sehat-sehat saja?"Sang ibu tidak langsung menjawab. Ia seperti kehilangan kata-kata untuk bicara. Hingga akhirnya ia berkata, "Bapakmu masih hidup beliau ada dikamarnya, tapi apakah ia sehat atau tidak ibu juga bingung mengatakannya, lebih baik kau tengok sendiri saja ke kamarnya, nduk".
Dengan perasaan tak karuan Hera melangkah ke kamar ayahnya, ia mengetuk pintu kamar perlahan dan mendorong sedikit pintu kamar ayahnya hingga terbuka dan terlihatlah sang ayah di dalam sana.
Hera mendekat perlahan pada ayahnya dengan sangat hati-hati ia melihat sosok sang ayah yang terlihat lebih tua dari umurnya, sangat jauh berbeda dengan saat ketika ia tinggalkan dulu. Mata Hera tertumbuk pada selendang biru yang melingkar dileher ayahnya, ia mengenali itu selendang tarinya yang sering ia pakai saat menari dulu. Hera punya banyak selendang tapi selendang birulah yang sangat ia sayangi.
"Sejak kau pergi, bapakmu seperti orang linglung. Ia terus memegangi selendangmu seolah-olah kau masih disini, sampai kini selendang itu terus melingkar dilehernya", kata sang ibu dari arah belakang punggung Hera. Hera menoleh kearah ibunya dan kembali melihat ayahnya. Hera lantas duduk bersimpuh dibawa kaki ayahnya dan berkata,"Pak, ini Hera sudah pulang, Hera kangen sama bapak. Bapak sembuh ya, Hera janji tidak akan pergi lagi, tapi bapak sembuh ya..."Hera terus menangis dan meminta maaf pada ayahnya. Sampai kemudian perlahan sang ayah mulai memberi reaksi dan menoleh kearahnya. "Hera...Hera ini kamu nduk?"Tanyanya terbata. Hera mengangguk sambil terus menangis dan tak bisa berkata-kata. Lalu sang ayah bangkit dari kursi tuanya dan mengangkat pundak Hera mengajak berdiri bersama. Dan ketika sang ayah memeluk Hera, Hera langsung menangis hebat. Tuntas sudah semua kerinduan yang dipendamnya selama ini. Hera pulang... kembali ke desa dan tak akan pergi lagi.

AKU DAN FOTO MANTAN KEKASIHNYA

ku masih tidak habis pikir dengan sikap Pram tadi sore. Aku rasa dia sudah bereaksi berlebihan dan itu benar-benar menyebalkan. Masih terekam jelas ekspresi wajah Pram saat ia memarahiku habis-habisan. Saat itu tak ada lagi Pram yang lembut, penuh kasih sayang dan perhatian. Yang ada adalah Pram yang jahat, egois dan tak berperasaan. Pokoknya aku benci sekali dengan sikap Pram tadi.
Awalnya waktu aku datang berkunjung ke rumahnya untuk memberikan kue buatan mama untuk bundanya Pram. Pram sedang di kamarnya, bunda Ivon yang membukakan pintu. "Sore bunda, ini ada titipan dari mama, mama lagi praktek masak dari kursus yang diikuti mama sebulan terakhir ini",Kataku. "Aih Rosa, koq pakai repot-repot ngantar ke bunda biar Pram saja nanti yang kesana", Balas bundanya Pram padaku. Aku bahkan masih sempat mencicipi masakan bunda Ivon sebelum Pras muncul dari kamarnya. "Hai manis, koq datang ga bilang-bilang?"tanya Pras dengan nada sedikit protes. "Nggak sempat",jawabku sekenanya. Padahal memang aku mau buat kejutan ke dia. "Nggak sempat apa malas?"tanya Pram lagi sedikit meledek. "Dua-duanya", kilahku. "Dasar",gerutu Pram dengan ekspresi merajuk.
Aku dan Pram pun berpamitan ke bunda Ivon untuk ngobrol-ngobrol di teras rumah. Sedang asyik-asyiknya ngobrol, telepon genggam Pram berdering dan ia pun segera meraih handphonenya yang diletakkan disaku celana jeansnya. Tapi bukan hanya handphonenya yang terangkat dompetnya pun tanpa sengaja terangkat dan jatuh sehingga isinya berserakan keluar. Aku berusaha membantu membereskannya, kuambil satu persatu benda yang terjatuh. Sampai pada satu benda yang membuatku tertegun cukup lama dan membuat otakku berpikir tak menentu. Kutunggu Pras selesai bicara di handphonenya, dan segera setelah ia selesai bicara langsung kusodorkan benda yang membuat aku cukup kalut.
"Foto siapa ini?"Tanyaku, aku masih berusaha menahan emosiku saat bertanya. Kucoba mengatur nafasku sebisa mungkin agar suaraku tidak bergetar dan kelihatan tenang. Pram tidak menjawab, dia hanya mengambil foto yang kusodorkan dengan wajah yang terlihat sangat tidak senang. "Kenapa kau ambil foto ini, ini barang pribadi",Katanya. "Aku nggak sengaja, sadar nggak sih kamu dompet kamu itu jatuh dan isinya berserakan kemana-mana, waktu aku coba bantu untuk ngumpulin aku temuin foto ini", balasku dengan suara yang lebih keras karena sudah agak marah. Pram tidak berkata-kata lagi dan langsung memasukkan foto itu kembali ketempatnya. Lalu ia duduk kembali dengan wajah yang terlihat sangat tegang. Aku coba bertanya lagi,"Sebenarnya itu foto siapa Pram, kasih tau ke aku dong, aku kan pacarmu",pintaku sedikit beragumentasi. Pram masih diam dengan ekspresi yang masih tegang. Aku bingung dan tidak tahu apa yang akan aku lakukan. Tiba-tiba tanpa kusadari spontan kurebut dompet ditangannya dan kukeluarkan foto gadis itu lalu kurobek didepan mata Pram. Kulihat Pram kaget luar biasa, dan berusaha mengumpulkan serpihan-serpihan foto yang kurobek. Sadar bahwa usahanya sia-sia karena foto itu sekarang sudah sangat tak berbentuk. Pram lalu membentakku dengan kata-kata yang tak pernah aku lupakan. Kemudian dia berlalu meninggalkanku sendiri di teras rumahnya. Bunda Ivon yang mendengar keributan yang terjadi di teras rumahnya, segera keluar dan bertanya padaku apa yang terjadi. Aku tidak menjawab yang sejujurnya, malah aku pamit pulang lebih awal. Itulah yang peristiwa menyakitkan yang masih terngiang dipikiranku sampai malam ini.
Pagi ini aku bangun telambat, untung saja ini hari Minggu jadi kan pas libur. Sarapan sudah kesiangan dan harus dengar ceramah mama bahwa anak gadis tidak boleh bangun siang-siang. Tapi hari ini kenapa mama beda ya? ada apa? pikirku. Mama kelihatan tegang seperti ada sesuatu yang serius yang akan dibicarakan. "Ma, koq mukanya serius gitu sih, ada apa?"Tanyaku dengan sedikit berusaha bercanda untuk mencairkan suasana. "Tadi Pram telepon dia cerita panjang lebar sama mama, dan kenapa kalian bertengkar semalam dan dia juga minta maaf sama kamu", Kata mama."Pram cerita yang sebenarnya sama mama yang semalam tidak sempat ia katakan ke kamu karena waktu itu kalian sedang sama-sama marah",Lanjut mama. Kudengarkan perkataan mama dengan seksama dan tanpa kehilangan satu katapun hingga tak sadar air mataku menetes. Dan ketika aku tak sanggup untuk mendengar lebih lagi aku berlari menuju ke kamarku dan membenamkan wajahku kedalam bantal dan menangis sejadinya, menyesali apa yang terjadi.
Sore ini aku kembali ke rumah Pram, kali ini Pram sendiri yang membuka pintu. Belum sempat ia berkata-kata, aku langsung menghambur kearahnya seraya menangis dan meminta maaf menyatakan penyesalanku yang teramat dalam. Pram menghiburku hingga aku bisa menenangkan diriku. Segera setelah aku dapat menenangkan diriku aku berkata,"Pram kenapa tidak dari pertama kita mulai dekat kamu cerita, bahwa ada seseorang yang sangat berarti yang pernah mengisi hidup kamu". "Aku tahu aku tidak akan pernah bisa menggantikannya karena walau ia sudah tiada pergi meninggalkan dunia ini tapi dia tetap hidup dihatimu, dan aku bisa menerima itu". "Maafkan aku ya Pram, tapi kamu harus percaya padaku mulai saat ini jujurlah padaku akan semua hal sehingga tidak ada lagi kesalah-pahaman dalam hubungan kita,ya?"Pintaku. Dan Pram mengangguk lembut tanda setuju. Sore itu aku mendapat pelajaran baru dalam hidupku.
'

Dimana ada Jono disitu ada Joni

"Jono....no, dimana kamu?!"panggil simbok Carni berkali-kali. Dan yang dipanggil seolah tidak perduli, memang tidak mendengar atau sengaja tidak mau mendengar, yang tahu hanya si Jono sendiri. Memang begitu kelakuan si Jono kalau sudah bersama dengan si Joni. Si Jono ini perhatian sekali sama si Joni. Hampir tiap hari Jono memandikan si Joni di tepi sungai dekat rumahnya. Setelah itu Jono membersihkan sampah-sampah dan kotoran di kandang si Joni. Lalu ia segera mencari rumput dan dedaunan di pinggir desa untuk pakan si Joni.
Joni adalah anak kambing yang dipelihara Jono, rupanya lucu sekali dan tingkahnya sering membuat Jono tertawa terpingkal-pingkal. Dan nasib si Joni berubah drastis sejak Jono merawatnya. Dulu Joni hanyalah anak kambing liar yang harus bersusah payah dulu untuk bisa mendapat makanan. Biasanya ia mengikuti induknya mencari makan di jalan. Itu kebiasaannya dulu sebelum induknya tewas tertabrak mobil ketika sedang mencari makan. Jono yang saat itu berada di tempat kejadian langsung berinisiatif untuk mengambil anak kambing yang malang itu dan merawatnya. Dan anak kambing itupun mendapat nama si Joni.
Mbok Carni neneknya si Jono sudah merawat Jono sejak kecil. Orang tua Jono memutuskan untuk bertransmigrasi guna memperbaiki taraf hidup mereka. Dan Jono pun dititipkan kepada mbok Carni. Jono senang tinggal dengan mbok Carni, ia rajin membantu mbok Carni mengurus sepetak ladang yang dimiliki. Sekarang dengan adanya Joni rumah itu terasa lebih ramai.
Hari itu Jono kaget bukan kepalang ketika mendapatkan pintu kandang sudah terbuka dan si Joni tidak ada didalamnya. "Joni...Joni...Joni!"Teriak Jono berulang-ulang memanggil anak kambingnya. Namun si Joni tidak datang juga. Jono pun semakin kalut, ia mencemaskan keadaan anak kambingnya itu. Simbok Carni pun ikut sibuk mencari anak kambing itu, namun hingga hampir petang si Joni belum ditemukan juga. Jono pun pulang dengan perasaan sedih dan lesu. Ia tidak mau makan dan terus memikirkan anak kambingnya yang hilang. Dan saat malam tiba ia pun tertidur dan bermimpi bertemu dengan si Joni. Namun ketika terbangun Jono sedih kembali karena ternyata itu hanya mimpi.
Esoknya Jono bangun pagi seperti biasa, dan ia langsung menuju kandang. Betapa terkejutnya ia mendapatkan Joni sudah berada di kandangnya seperti semula. Jono senang bukan kepalang. Ia meloncat-loncat kegirangan dan memeluk Joni erat-erat, seolah takut anak kambing itu hilang lagi. Ia pun berteriak memanggil mbok Carni yang segera datang tergopoh-gopoh mendengar kehebohan di kandang kambingnya. Dan mengetahui apa yang terjadi mbok Carni pun mengucap syukur karena cucunya dapat tertawa lagi dan bahagia bersama anak kambingnya.
Malamnya Jono merenungkan peristiwa aneh yang baru dialaminya itu. Dan ia tidak pernah tahu bagaimana anak kambingnya itu bisa keluar kandang, apakah ia lupa menutup pintu pagarnya. Dan mengapa anak kambing itu keluar padahal ia aman di dalam kandang sana. Dan kemana saja ia selama menghilang. Pikiran-pikiran itu terus memenuhi kepala si Jono. Tapi ia tak pernah mendapat jawabannya. Dan ia tak perduli apapun jawabannya karena anak kambing itu sudah kembali padanya.

Rabu, 15 Juli 2009

ceritaku waktu nunggu inspirasi

Nunggu inspirasi sambil tidur-tiduran. Cerita yang mo aku tulis bisa dateng pas  aku tuh lagi tidur-tidur ayam. Jadi buat jaga-jaga aku biarin laptopku nyala lengkap dengan modemnya, biar gampang kalo tiba-tiba inspirasi muncul dikepalaku . Tapi kenapa yang nyangkut dikepala malah cerita nyokap yang marah-marah ngedumel sendiri gara-gara harga beras naik lagi. Atau CERITA kakakku yang juga marah-marah karena motor barunya dibawa pulang karyawannya tanpa ijin. Kakakku yang lain juga punya cerita gimana repotnya cari rumah yang sesuai. Waduh tambah bingung. Koq ceritanya malah jadi masalah tetek bengek rumah tangga aja ya?
Eit tunggu dulu bukankah cerita-cerita yang diterbitkan menjadi sebuah NOVEL juga kadang hanya berasal dari Cerita keseharian sebuah rumah tangga. So don't give up, it's still an inpiration. Yes it is

Boneka buat Ana (sambungan)

Pagi itu seperti biasa Ana mengamen didekat perempatan jalan saat lampu merah. Suara kecilnya segera mengalun begitu ia memasuki metro mini. Ia menyanyi dengan riang sesuai dengan irama lagunya. Setelah selesai iapun menyodorkan bekas kantung permen untuk meminta sumbangan uang dari para penumpang. Tiba dibagian belakang ia melihat seorang anak yang duduk sendiri disudut bangku. Anak itu menunduk dan terus memegangi perutnya seraya meringis seolah menahan sakit.

Ana mendekati anak perempuan tersebut dan berusaha menyapanya, "Kamu kenapa? sakit ya?", tanya Ana. Anak itu menoleh sedikit ke arah Ana dan kembali meringis. Ana mengenali anak itu adalah anak yang menabraknya dan memarahinya didepan toko mainan kemarin.
"Kamu bisa jalan ga? kalo tidak bisa biar aku papah",kata Ana. Dewi menatap sebentar kearah Ana, lalu berkata,"Aku salah jajan tadi dan sekarang perutku seperti melilit, sakiiiit sekali,"kata Dewi,"Kamu mau bantu aku papah aku sampai ke rumahku?"tanya Dewi. Ana mengangguk sambil tersenyum.
Sampai di rumah Dewi, sang mama sudah menunggu"Aduh tante bersyukur sekali, ada kamu jadi bisa bantu antar Dewi ke rumah", kata mamanya Dewi. Ana cuma tersenyum manis. "HP Dewi tertinggal jadi dia tidak bisa kasih tahu tante dan minta dijemput, untung dia ketemu kamu ya." Sekali lagi Ana menjawab dengan senyuman. Lalu Dewi berkata,"Ana aku minta maaf waktu itu sudah marahi kamu dijalanan." Dewi pun menceritakan perihal kejadian kemarin, dan sang mama hanya tersenyum dan menasehati untuk tidak mengulangi lagi, Dewi pun mengangguk.

Esoknya di gubug Ana terdengar panggilan mbok Sumi,"Ana...Ana ayo bangun ada tamu mau ketemu kamu",kata mbok Sumi. Ana pun bangkit dengan mata masih sedikit mengantuk, dan ia melihat Dewi dan mamanya datang ke gubuknya dengan sebuah boneka kelinci merah jambu ditangannya. "Ini untukmu Ana, kau suka kan?"tanya Dewi.
Ana tidak bisa berkata-kata ia langsung memeluk Dewi dan meraih boneka idamannya. Hari itu telah tercipta sebuah persahabatan yang mengharukan.

Boneka buat Ana

Mata Ana hampir tak berkedip memandang boneka kelinci merah jambu di etalase toko mainan di sudut jalan yang biasa dilewati Dewi. Ana baru tersentak ketika sesosok tubuh yang lebih besar darinya menubruknya dari sisi badannya. Ana menoleh pada wajah masam sipemilik tubuh yang menabrak dirinya. Dewi melemparkan pandangan tak bersahabat pada Ana, sejurus kemudian meluncur deras kata-kata dari mulutnya. "Eh, berdiri ditengah jalan, ganggu orang aja, emang jalanan ini punya nenek moyang kamu!"teriak Dewi. Ana cuma tertegun tanpa bisa berkata apapun dan segera berlalu dari jalan tadi.
Ana tidak terlalu memikirkan peristiwa tersebut, baginya dimaki-maki orang adalah biasa sudah menjadi makanan sehari-hari yang harus ia terima. Itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi seorang gelandangan sepertinya. Sejak kecil Ana tak pernah tahu orang tuanya, ia hanya mengenal mbok Sumi perempuan tua yang mengasuhnya sejak bayi. Mbok Sumi sangat menyayangi Ana tapi mbok Sumi hanyalah seorang gelandangan yang sehari-hari memunguti butiran-butiran beras yang tercecer dari karungnya di sebuah pasar tradisional. Jika beras yang didapat cukup banyak maka mbok Sumi bisa menjualnya lagi dan sisanya untuk dimakan bersama Ana. Sedangkan Ana adalah seorang pengamen cilik yang menjual suaranya dan mengharap belas kasih agar ada yang memberinya uang. (bersambung)

Karya Sastra Indonesia masih adakah?

Saya bersyukur sekali masih tau karya satra Indonesia karangan sastrawan-sastrawan kenamaan Indonesia. Buat saya itu warisan tak ternilai entah masih ada bentuk fisiknya atau hanya berupa ingatan di kepala kita. Dan gw juga masih inget gimana gw dulu dapet tugas untuk bikin resensi dari karya sastra tertentu waktu gw SMP.
Generasi sekarang mungkin nggak pernah tau siapa itu SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA, MARAH RUSLI, SANUSI PANE, HAMKA, dan sebagainya. Saya bukan cuma sekedar tau tapi saya angsung bukunya..

Gimana sebuah cerita bisa dibangun dengan bahasa yang begitu indahnya, tanpa mengurangi makna cerita dan tanpa merusak alur cerita, hebatnya lagi emosi kita masih bisa terbangun selama kita membaca karya sastra tersebut (dulu saya ingetnya disebut ROMAN).

Sekarang mungkin nggak ada karya sastra yang bisa jadi bacaan wajib siswa sekolah dan pantas disejajarkan dengan karya sastra jaman saya remaja dulu. Ada nggak ya?

Buku Bacaan Saya dulu

Waktu saya SD (geeela udah lama kaleee), tiap hari Minggu saya sama kakak-kakak saya pasti diajak ke TOKO BUKU dulu seringnya ke GUNUNG AGUNG, kadang juga ke GRAMEDIA, tapi GUNUNG AGUNG lebih sering. Kadang saya juga pergi ke SENEN (dulu proyek SENEN), nah disana ada semacam toko bukunya namanya BOBO ada tempat makannya juga, tapi jarang banget makannya (kasian banget ya ...). Soalnya bokap tuh ngutamain buat beli bukunya bukan buat jajannya (kadang ngiri juga sih liat anak-anak lain jajan). Tapi kalo lagi ada rezeki lebih kita jajan juga koq (maklum gaji DOSEN saat itu berapa sih).

Jadi dari dulu bokap udah ngajarin saya sama kakak2 saya buat cinta membaca. Tapi ada peraturan yang harus dituruti dalam membeli buku. Buku yang dibeli harus banyak teksnya dan minim gambar, duh tau sendiri kan anak kecil lebih suka liat gambar daripada baca. Kalo kita ngeyel alias ngotot pilih buku yg banyak gambarnya nggak bakal dibeliin jadi percuma aja. Terpaksa deh beli buku dengan selera bokap.

Sekarang saya baru sadar ternyata bokap bener , saya jadi biasa nulis karena saya biasa baca banyak tulisan, ga usah yang berat-berat yang penting baca dan terus baca. Kalo yg saya beli dulu komik saya mungkin jadi komikus ya? saya bisa gambar juga (bakat alam ..otodidak gitu)  tapi kalo harus gambar detil kaya' komik gitu, aduh nggak deh maaf aja nggak sanggup.

Silahkan direnungkan...

LIBRARY BOKAP (bapak- red)

LIBRARY bokap bisa dibilang jauh dari rapi, dan buku-bukunya ngegeletak begitu aja sampe bertumpuk-tumpuk. Jangan lagi tanya klasifikasi buku-bukunya, masih inget nyimpannya ditumpukan mana aja, itu udah bagus (bagooous). Saya suka miris kalo liat kondisi buku-buku bokap, tapi mo gimana lagi wong itu bukunya beliau, ya ga seeh.

Apalagi kalo liat tahun penerbitannya, aih tahun lama punya. Itu kan mahal dari segi kualitas tapi yaa, penampilan buku-buku lama bokap udah pada koneng-koneng getoo deh. padahal itu buku-buku BEST SELLER lho di edisi pertama pernebitannya pada tahun itu. Ada MARK TWAIN, PEARL BUCK, CHARLES DICKENS, SHAKESPERE, dan banyak lagi.

Ya tapi saya tetap peduli dengan buku-buku itu, next time saya bakal bikinin LIBRARY buat bokap the real LIBRARY, sekarang juga sudah ada rak susunnya, tapi ternyata lebih banyak bukunya, jadi banyak yang tidak tertampung di rak. Anyway saya tetep punya semangat nulis, mudah-mudahan bisa terkenal seperti pengarang-pengarang diatas (alamak, ngarep mbok ya pake mikir kaleee, jangan lebay).

diseleksia (dyslexia) atau bukan?

Kenapa sata tanyakan pertanyaan itu didepan, soalnya saya jadi mikir apa keponakan saya diseleksia atau cuma slip tongue aja alias kepeleset lidah. Waktu saya mampir ke rumah kakak saya, si adek biasa saya panggil ponakan sata yang satu ini padahal udah gede loh, tapi saya masih manggil adek aja. Dia cerita waktu ke Bandung dia jalan-jalan di ANUL-ANUL, "nah loh apa tuh anul-anul?" Tanya saya dalam hati. Belum sempet saya nanya apa itu anul-anul ..eeehh..si teteh, kakaknya nyeletuk bukan anul-anul tapi alun-alun (lapangan ditengah kota, biasanya buat ajang ngumpul anak muda di kota tersebut). Owala ternyata salah ngomong toh, terus kalo aku denger radio RAMAKO (sekarang udah ganti) dia bilangnya KAMARO apa itu juga cuma SLIP TONGUE or there is something wrong with my niece.
Waduh Einstein boleh diseleksia dia khan genius, tapi masak sih ponakan saya juga diseleksia sedangkan dia nggak punya kelebihan intelegensi (ya rata-rata aja seh, tapi kita masih bersyukur koq). Moga-moga memang itu cuma slip lidah aja dan nggak kebawa sampe dewasa. Aaaaah... si adek.

ada cerita lucu tapi agak serem nih

Samid sudah kuliah sampe hampir 10 tahun belon lulus-lulus juga untung aja nggak di DO (koq bisa bukannya masa kuliahnya harusnya udah expired), mungkin dia memperpanjang terus cuti sakit, atau cuti kerja sambilan, atau cuti hamil (eh nggak mungkin juga kaleee), anyway dia masih tetap bertahan dengan status mahasiswanya sekalipun sudah masuk tahun ke-10 (hebat juga dia padahal temen saya yg lain ada yg baru 7 tahun, lagsung di DO, beruntung sekali kau Samid).

Nah ditahun ke-10 ini Samid diultimatum Dosen Pembimbingnya kudu nyelesein kuliahnye (koq jadi betawi geneee), Samid bingung dong mana temen-temen seangkatan dia udah entah kemana, dia mau minta bantuan sama siapa lagi dong. Lagi bingung plus BeTe abis, dia curhat ke adik kelasnya yang sekarang malah penelitian bareng sama dia padahal beda 5 angkatan lho. Gini nih curhatnya, "dek, gimana ya supaya aku bisa cepet dapet titel udah lama sekali aku kuliah nggak kelar-kelar juga", keluhnya. "Gampang mas", kata si adik kelas "mas tinggal berdiri aja diperempatan jalan situ". Samid bingung dong dengan jawaban adik kelasnya, "maksud loooh?!"
"Iya mas berdiri aja di perempatan jalan situ terus tunggu bentar deh, nanti kalo ada mobil yang nabrak mas, dijamin mas bakal dapat titel ALM", jawab si adik kelas sekenanya. "Sialan, maksud loh gw jadi ALMARHUM getoo, dodol ya sampeyan", gerutu Samid lantas tertawa lepas bareng si adik kelas dan melupakan sejenak kebingungan yang dihadapinya. Aaaah Samid ... Samid.
Emang lucu joke diatas tapi serem juga ya bau-bau hawa kuburan getooo. Udah ah kabuuuuur.

bikin cerita lewat pengalaman cerita seseorang

Gini ceritanya, waktu itu pas Bona (bukan nama sebenarnya) lagi sibuk banget dengan berkas kerja di kantornya. Selesai meeting dia harus segera nyiapin bahan untuk presentasi besok jam 11 siang. Bahan presentasi memang udah ditangan, tapiiii.... masih amat sangat berantakan. belum nyiapin transparant sheet apalagi slide, wah tambah pusing Bona mikirnya. Lebih dari itu karena kesibukan yang luar biasa hari itu, sampe dia belum sempet makan siang. Pantes aja tuh perut udah berontak minta diisi, pas Bona liat jam waktu udah menunjukkan jam 4 sore. Alamak... telat sekaleee, untung Bona nggak punya sakit maag.

Merasa panggilan alam nggak bisa ditunda Bona pun bergegas keluar ruangan untuk cari santapan guna mengganjal perutnya yang sudah amat sangat lapaaaar. Mungkin cacing-cacing diperutnya sudah demonstrasi minta disuplai makanan. Seperti belum cukup berat hari Bona waktu itu, ternyata kantin satu-satunya di gedung itu sudah tutup karena sudah habis makanan yang dijualnya. Astaga!!!!...., apa pula ini pikir Bona, apa aku harus keluar gedung dan mencari makanan di kaki lima yang waktu perjalanannya bisa sampe 30 menit pulang pergi belum lagi kalo rame harus antri, mana Office Boy lagi off semua pulang kampung cuti lebaran.

Dengan amat terpaksa Bona bergegas keluar gedung, sambil sesekali berlari-lari kecil biar cepat sampai. Begitu sampai di warung makanan Bona sudah bersimbah dengan keringat, aduuhh.. mau makan aja koq penuh perjuangan begini, batinnya. Selagi Bona menikmati makanan yang dipesannya, tiba-tiba terdengar suara dentuman hebat dari arah gedung tempat Bona bekerja. Bona terkesima sesaat, sebelum akhirnya bersyukur teramat sangat karena lolos dari maut, karena ia berada diluar gedung untuk mencari makanan.
Selalu ada hal baik bahkan dari suatu hal yang sangat buruk dimata kita.
Untuk direnungkan

Sabtu, 11 Juli 2009

Tips bikin NOVEL2

Cieeee bersambung kaya SINETRON aja ya. CINTA FITRI SEASON2 , SEASON 3, 4, 5 ....dan seterusnya sampai FITRInya udah jadi nenek-nenek terus dia punya cucu nah pemeran cucunya FITRI ini SHIREEN SUNGKAR juga. Wah bisa nggak abis-abis tuh SINETRON. Saya jadi inget jaman saya dulu ada SANDIWARA RADIO judulnya BUTIR-BUTIR PASIR DILAUT. Itu dari saya belum sekolah sampe lulus SMA masih ada aja. Tapi saya angkat jempol karena bisa mengajak pendengarnya tetap setia buat ngedengerin CERITANYA setiap hari.

Lepas dari SANDIWARA RADIO tadi dan SINETRON UNGGULAN CINTA FITRI, saya mau ngelanjutin tulisan saya kemarin. Inspirasi bikin NOVEL itu datangnya bisa dari mana saja dan kapan aja khan? Nah kalo kita terinspirasi dari kisah nyata seseorang kita tidak boleh membuat nama dan kejadiannya sama ;persis dengan CERITA nyatanya. Harus ada embel-embel di akhir CERITA kalo "nama dan kejadian adalah fiktif jika ada kesamaan bukan kesengajaan tapi hanya kebetulan harap maklum". Kecuali kalau memang ada kerjasama tertulis dengan yang bersangkutan, itu sih lain persoalan. Kalo mo buat  CERITA yang sebenarnya, maka kita harus minta ijin sama pihak-pihak terkait dalam cerita tersebut. Ribet khan?
jadi???
jadi tunggu aja postingan saya selanjutnya.
ok
thanks to come to my blog

Jumat, 10 Juli 2009

Tips bikin NOVEL

Tips buat bikin novel, yang utama ya harus punya cerita (iya nggak sih....). Ya iya laah, emang kalian mau ngapain kalo nggak punya cerita. Bikin cover sama ilustrasi doank getoo? Ya nggak khan? supaya kalian bisa buat cerita yang bervariasi kalian harus rajin baca TV dan denger koran ( busyeeeet ini humor srimulat banget, bangun bu bangun ini two thousand and nine). Maklum deh bo.. orang lama, jadi suka jadul gitu... hi hi..

Tapi baca koran aja..., koq bisa bikin NOVEL? ...iya emang bisa, begini penjelasannya, koran kan isinya berita....(kalian pasti protes lagi nih kalo kalian tuh mo bikin novel bukan mo jadi presenter berita, ya kan?). EEEiiiiiiit ....sabar bu sabar. emang kalian nggak sadar kalo dunia nyata di negara kita ini most of all udah kaya sinetron or cerita bersambung or telenovela or novel best seller. Nggak percaya? Pasti kalian tau dunk MANOHARA ya sekali lagi MANOHARA (eh tiga kali deh sekalian buat persediaan) MANOHARA. Gila kan reaksi orang Indonesia terhadap kasusnya? khususnya pria-pria Indonesia, maklum ngarep dijadiin mantu sama ibu Daysi (emaknya Manohara). Nah kalo kita jeli maka kisahnya bisa kita jadikan bahan referensi untuk NOVEL yang mo kita buat (ingat hanya referensi bukan bener-bener sama persis nama dan ceritanya, bisa-bisa kamu nanti dituntut pihak MANOHARA apalagi kalo KERAJAAN KLANTAN ikut terusik, iiiihhh takuuut),
Ok sob, segitu dulu ya
 

tukang cerita belum tentu bisa bikin novel

Setuju banget tuh. Emang untuknulis sesuatu itu butuh inpirasi dan imjinasi yang cukup tinggi. Dan repotnya kadang-kadang inspirasi hebat justru datangnya pas kita lagi belum siap dengan peralatan tulis. Jangankan laptop, kertas dan pulpen aja nggak ada. Terus gimana dunk. Padahal yang kaya' gini sering banget kejadian sama kita kan. Alhasil huruf-huruf yang tadinya tersusun rapi dikepala jadi berantakan dan wuuuuz.... nggak lama kemudian hilang tanpa bekas.
Sayang banget kan sobat. Jadi biar kejadian yg saya alami tidak  menimpa kalian juga, mendingan sekarang kamu selalu siap bawa selembar kertas dan pulpen atau lebih bagus lagi kalo ada notebook yang kecil jadi nggak ribet bawanya. Kalo mau bobo juga sedia payung sebelum hujan. siapin kertas dan pena disamping kalian. Nanti kalo tiba-tiba inspirasi datang lewat mimpi langsung tulis deh garis besarnya. Atau kalo lo udah lupa ngimpi apa ya tadi, kalian inget-inget sedikit aja terus lo buat kata kuncinya (cieee kata kunci kaya' mo naikin traffic blog aja ya?).
Segitu dulu ya
nanti aku sambung lagi
mbah mo nyari inpirasi neh
kira-kira ada yg jual ga ya inpirasi?
kalo ada mo dunk beli
lumayan buat naikin traffic (ngarep...lagi2...ngarep)
cu nex time

Kamis, 09 Juli 2009

tukang CERITA bikin NOVEL

hai sobat lam kenal

Ini postingan pertama saya jadi kalo masih acakadut mohon dipersorry ya. Walau banyak orang berbakat yang sekali bikin postingan langsung booming, dan saya berrharap saya adalah satu dari orang-orang berbakat itu (ngarep banget...). Bakat bikin cerita atau bakat ngomong yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau CERITA bisa bermanfaat buat diri sendiri syukur-syukur kalo juga bisa bermanfaat buat orang lain (itu yang diharapkan).


Postingan saya ini berkaitan dengan NOVEL yang belakangan ini kurang terdengar gaungnya. Anak-anak sekarang lebih suka baca buku yang gambarnya banyak atau komik (walau saya akui saya juga termasuk yang suka  komik-komik kartun yg lucu-lucu  seperti sinchan, doraemon, miiko, dan lainnya. Saya yakin banyak juga sobat yang suka, ayo ngaku.


Tahun 80'an menurut saya merupakan masa jaya-jayanya NOVEL , karena hampir tiap hari temen-temen di sekolah cerita tentang novel baru mereka. Tidak peduli NOVEL lokal atau NOVEL luar. Buat remaja tahun 80'an pasti setuju sama saya. Nah buat mereka yg remaja th 90'an apalagi remaja two thousand kesini, pasti agak asing dengan istilah novel, jadi tanya aja ke nyokap or bokap or tante or oom kalian deh.