Seperti sudah saya tulis di postingan terbaru saya, tentang hipnotis yang efeknya tidak akan terjadi tanpa peran serta orang yang akan dihipnotis, maka kisah yang ini sama sekali bukan hipnotis melainkan kebodohan dan keteledoran yang sama sekali tidak perlu.
Saat saya masih duduk di bangku SMP, saya rutin mengikuti pengajian mingguan di kawasan Jakarta Pusat di kediaman Guru Agama kami, tepatnya di kompleks perumahan Angkatan Udara Rajawali. Karena saya tinggal di perbatasan wilayah, maka jika hendak mengaji biasanya saya rombongan dengan teman-teman saya naik sepeda menuju tempat mengaji. Dan supaya tidak ada yang tertinggal, biasanya saya menaruh buku-buku agama dan juz amma di keranjang sepeda, sehingga jika tiba waktu mengaji saya tinggal berangkat saja tanpa perlu repot menyiapkan buku-buku yang harus dibawa.
Kejadiannya adalah ketika saya sedang bersekolah, dan ini dialami oleh ibu saya di rumah. Sepulang dari sekolah, saya sudah disambut oleh ibu yang dengan anehnya minta maaf dan berulang-ulang diucapkan dengan agak panik. Sementara saya masih bingung dengan apa yang terjadi, sampai saya melihat ke ruang depan dan tidak menemukan sepeda saya di tempatnya. Barulah ibu saya berkata bahwa untuk itulah beliau meminta maaf. Walau masih sedikit bingung kenapa ibu harus minta maaf, saya dengarkan saja ibu bicara dengan panjang lebar sampai akhirnya saya tahu duduk persoalannya.
Ternyata saat saya berada di sekolah telah terjadi peristiwa unik di kediaaman kami. Saat itu rumah kami memang sedang direnovasi, jadi masih sangat berantakan dimana aliran barang dan aliran orang sudah tidak terkontrol dengan baik lagi. Maklum hanya ibu yang bisa mengawasi, sementara bapakku yang saat itu masih aktif menjadi guru dan dosen sedang mengajar dan semua anak sedang berada di sekolah. Seperti diketahui dalam hal renovasi rumah tentu juga menyangkut masalah instalasi listrik yang otomatis terganggu karena aktifitas pekerjaan. Untuk mengatasi masalah listrik kami memanggil petugas PLN yang berjanji akan datang segera.
Rupanya tidak lama ibuku menutup telepon untuk panggilan petugas PLN tadi, datanglah ke rumah seorang laki-laki, yang oleh ibu langsung dipersilahkan masuk dan tanpa bertanya ibuku langsung menebak bahwa pria ini adalah petugas PLN yang dipanggil. Merasa mendapat jalan pria tadi mengiyakan saja apa yang dikatakan ibu. Lantas ibu bertanya lagi apakah ia perlu membeli kabel dan pria tadi terus mengiyakan pertanyaan ibu, lalu ibupun memberi pria itu uang untuk membeli kabel. Lebih parahnya ibuku juga menawarkan untuk memakai sepedaku biar cepat sampai ke toko dan mendapatkan barangya, hingga pekerjaan lebih cepat selesai. Singkat cerita berpindah tanganlah sepeda kesayanganku ke pria tersebut. Tunggu punya tunggu pria tadi tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi, hingga ibuku pun tersadar bahwa ia telah tertipu.
Tertipu?...tidak! ibu tidak tertipu dan sama sekali tidak terhipnotis...tapi coba lihat ibuku sendirilah yang pertama menebak pria tadi sebagai petugas PLN, dan ibu juga yang tanpa sengaja memberi jalan pria tadi untuk mendapatkan uang ibu untuk keperluan pembelian kabel, dan ibu jugalah yang menawarkan sepedaku kepada pria itu dengan tujuan mempercepat pekerjaan...semua adalah kesalahan ibuku, keteledoran dan keluguan seorang ibu rumah tangga biasa. Satu-satunya kesalahan pria tadi adalah mengiyakan semua perkataan ibu yang seharusnya dia bantah kalau dia adalah seorang yang jujur.
Semua itu menjadi pelajaran berharga bagi kami hingga saat ini, dan saya bahkan tidak marah pada ibu saat itu, saya hanya 'terbengong-bengong' mencoba memahami apa sebenarnya yang terjadi. Kok bisa?...
Sekarang kami malah bisa terbahak-bahak setiap kali mengingat peristiwa itu.
Oh ya..satu-satunya yang aku sesalkan dalam kejadian itu adalah bahwa aku kehilangan buku-buku agamaku dan juz amma yang selalu kuletakkan di keranjang sepeda. Semoga saja buku-buku agamaku tadi bisa bermanfaat buat pencurinya dan menyadari kesalahan perbuatannya. Untuk kehilangan materinya kami sudah ikhlas..seikhlas-ikhlasnya sejak kejadian tersebut.
Ibu..ibu..ada-ada saja..ha ha ha
Saat saya masih duduk di bangku SMP, saya rutin mengikuti pengajian mingguan di kawasan Jakarta Pusat di kediaman Guru Agama kami, tepatnya di kompleks perumahan Angkatan Udara Rajawali. Karena saya tinggal di perbatasan wilayah, maka jika hendak mengaji biasanya saya rombongan dengan teman-teman saya naik sepeda menuju tempat mengaji. Dan supaya tidak ada yang tertinggal, biasanya saya menaruh buku-buku agama dan juz amma di keranjang sepeda, sehingga jika tiba waktu mengaji saya tinggal berangkat saja tanpa perlu repot menyiapkan buku-buku yang harus dibawa.
Kejadiannya adalah ketika saya sedang bersekolah, dan ini dialami oleh ibu saya di rumah. Sepulang dari sekolah, saya sudah disambut oleh ibu yang dengan anehnya minta maaf dan berulang-ulang diucapkan dengan agak panik. Sementara saya masih bingung dengan apa yang terjadi, sampai saya melihat ke ruang depan dan tidak menemukan sepeda saya di tempatnya. Barulah ibu saya berkata bahwa untuk itulah beliau meminta maaf. Walau masih sedikit bingung kenapa ibu harus minta maaf, saya dengarkan saja ibu bicara dengan panjang lebar sampai akhirnya saya tahu duduk persoalannya.
Ternyata saat saya berada di sekolah telah terjadi peristiwa unik di kediaaman kami. Saat itu rumah kami memang sedang direnovasi, jadi masih sangat berantakan dimana aliran barang dan aliran orang sudah tidak terkontrol dengan baik lagi. Maklum hanya ibu yang bisa mengawasi, sementara bapakku yang saat itu masih aktif menjadi guru dan dosen sedang mengajar dan semua anak sedang berada di sekolah. Seperti diketahui dalam hal renovasi rumah tentu juga menyangkut masalah instalasi listrik yang otomatis terganggu karena aktifitas pekerjaan. Untuk mengatasi masalah listrik kami memanggil petugas PLN yang berjanji akan datang segera.
Rupanya tidak lama ibuku menutup telepon untuk panggilan petugas PLN tadi, datanglah ke rumah seorang laki-laki, yang oleh ibu langsung dipersilahkan masuk dan tanpa bertanya ibuku langsung menebak bahwa pria ini adalah petugas PLN yang dipanggil. Merasa mendapat jalan pria tadi mengiyakan saja apa yang dikatakan ibu. Lantas ibu bertanya lagi apakah ia perlu membeli kabel dan pria tadi terus mengiyakan pertanyaan ibu, lalu ibupun memberi pria itu uang untuk membeli kabel. Lebih parahnya ibuku juga menawarkan untuk memakai sepedaku biar cepat sampai ke toko dan mendapatkan barangya, hingga pekerjaan lebih cepat selesai. Singkat cerita berpindah tanganlah sepeda kesayanganku ke pria tersebut. Tunggu punya tunggu pria tadi tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi, hingga ibuku pun tersadar bahwa ia telah tertipu.
Tertipu?...tidak! ibu tidak tertipu dan sama sekali tidak terhipnotis...tapi coba lihat ibuku sendirilah yang pertama menebak pria tadi sebagai petugas PLN, dan ibu juga yang tanpa sengaja memberi jalan pria tadi untuk mendapatkan uang ibu untuk keperluan pembelian kabel, dan ibu jugalah yang menawarkan sepedaku kepada pria itu dengan tujuan mempercepat pekerjaan...semua adalah kesalahan ibuku, keteledoran dan keluguan seorang ibu rumah tangga biasa. Satu-satunya kesalahan pria tadi adalah mengiyakan semua perkataan ibu yang seharusnya dia bantah kalau dia adalah seorang yang jujur.
Semua itu menjadi pelajaran berharga bagi kami hingga saat ini, dan saya bahkan tidak marah pada ibu saat itu, saya hanya 'terbengong-bengong' mencoba memahami apa sebenarnya yang terjadi. Kok bisa?...
Sekarang kami malah bisa terbahak-bahak setiap kali mengingat peristiwa itu.
Oh ya..satu-satunya yang aku sesalkan dalam kejadian itu adalah bahwa aku kehilangan buku-buku agamaku dan juz amma yang selalu kuletakkan di keranjang sepeda. Semoga saja buku-buku agamaku tadi bisa bermanfaat buat pencurinya dan menyadari kesalahan perbuatannya. Untuk kehilangan materinya kami sudah ikhlas..seikhlas-ikhlasnya sejak kejadian tersebut.
Ibu..ibu..ada-ada saja..ha ha ha
2 komentar:
salut..! bisa iklas biarpun telah dirugikan! biasanya klo barang kita di curi langsung marah&nyumpain yang jelek2! gak usah jauh2 dah..conthnya ak sendiri...wkkk
Iya..abis mo gimana lagi..udah ga bisa marah juga, malah kaya terpana gitu hahaha..thanks ya dah comment
Posting Komentar